Sabtu, 15 November 2014

RESEARCH ABOUT BIOHYDROGEN (BIOGAS)

Standard
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah keadaan tunak tercapai di mana bumi menyerap dan memancarkan energi pada tingkat yang sama, sehingga suhu rata-rata Bumi menjadi konstan. Radiasi IR yang dipancarkan ke Bumi dapat diserap oleh gas pada troposfer dan terjebak pada troposfer tersebut (Kandel et al, 2012). Radiasi ini kemudian kembali dipancarkan ke segala arah (kembali ke arah Bumi) yang dikenal sebagai efek rumah kaca. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu dan pemanasan global, membuat suhu permukaan rata-rata Bumi sekitar 286K atau 13oC. Pembakaran bahan bakar fosil akan mengemisikan gas CO­2, yang merupakan salah satu gas penyebab timbulnya ERK (Efek Rumah Kaca). Untuk alasan ini, para ilmuan di dunia telah dan sedang bereksplorasi untuk menemukan energi berkelanjutan baru yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Hidrogen merupakan salah satu diantaranya.
Berdasarkan penemuan dan sintetis ide para ilmuan, gas hidrogen (H2) dianggap mampu menjadi bahan bakar alternatif, sehingga tak salah banyak yang menyebut gas hidrogen (H2) sebagai energy carrier of the future (Kapdan et al, 2005). Gas H2 adalah bahan bakar bersih tanpa emisi CO­­2 dan dapat dengan mudah digunakan dalam sel bahan bakar pembangkit listrik (Levin et al, 2004). Di samping itu, gas hidrogen (H2) mampu menghasilkan energi sebesar 122 kJ/g yang 2,75 kali lebih besar dibandingkan bahan bakar hidrokarbon konvensional (Winter, 2005).
Pemanfaatan gas hidrogen (H­2) sebenarnya tidak hanya terbatas pada bahan bakar. Sedari masa awal munculnya berbagai industri, gas hidrogen (H­2) sudah sering digunakan sebagai bahan esensial dalam berbagai produksi pabrik-pabrik kimia. Beberapa diantaranya adalah hidrogenasi lemak dan minyak dalam industri makanan, produksi perangkat elektronik, pengolahan baja, dan juga untuk desulfurisasi dan reformulasi bensin di kilang-kilang minyak (US-DOE, 2004). Meski demikian, gas hidrogen (H2) sedikit dihasilkan di alam dan sintetis gas hidrogen (H2) menggunakan eksperimen Kimia prosedural belum mampu dianggap efisien karena biaya yang cukup mahal (Anam, 2010).
Tabel 1.1 Contoh Reaksi Pembentukan Hidrogen
(sumber: http://upieks.wordpress.com/2007/04/05/process-pembuatan-gas-sintesis-amonia/)
Telah dilaporkan bahwa 50 juta ton gas hidrogen (H­2) diperdagangkan setiap tahunnya di seluruh dunia dengan tingkat pertumbuhan hampir 10% per tahun untuk saat ini (Winter, 2005). Berdasarkan National Hydrogen Program of United State, kontribusi hidrogen terhadap total pasar energi akan menjadi 8-10% pada tahun 2025 (Armor, 1999). Dilaporkan juga oleh Departemen Energi AS (US-DOE) bahwa gas H2 akan menguasai sistem transportasi yang nantinya akan tersedia di seluruh wilayah di dunia pada tahun 2040 (US-DOE, 2004). Akibat peningkatan kebutuhan energi dari gas hidrogen (H2) ini, pengembangan teknologi produksi hidrogen hemat biaya dan efisien telah memperoleh perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Metode produksi gas hidrogen konvensional dapat dilakukan melalui teknik Steam Reforming Methane (SRM), dan hidrokarbon lainnya (SRH), oksidasi parsial non-katalitik dari bahan bakar fosil (POX), serta autotermal reformasi yang menggabungkan SRM dan POX. Semua metode tersebut memanfaatkan energi intensif yang membutuhkan suhu tinggi (>850oC). Metode lain yang juga dikembangkan untuk meningkatkan produksi gas H2 adalah proses membran, oksidasi selektif metana, dan oksidatif dehidrogenasi (Armor, 1999).
Berdasarkan eksperimen Kim (2003), elektrolisis air (H­2O) dapat dimanfaatkan sebagai sumber H2 berkelanjutan. Elektrolisis dihidrogen monoksida akan menghasilkan gas H2 dan gas O2. Para ilmuan sependapat bahwa elektrolisis H­2O merupakan proses terbersih. Namun perlu digarisbawahi, bahwa dalam proses ini biaya listrik mencapai 80% dari total biaya operasional. Selain itu, air yang digunakan haruslah air yang telah mengalami demineralisasi untuk mencegah pengendapan dan korosi pada elektroda (Armor, 1999).
Dengan alasan-alasan ini, penulis ingin menawarkan sebuah gagasan dimana gagasan penulis berkaitan erat dengan produksi gas hidrogen yang ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah pertanian. Gagasan yang penulis maksud adalah dengan memanfaatkan jerami padi (Oryza sativa) sebagai limbah biomassa dalam produksi gas hidrogen ini. Daerah Bali yang juga merupakan lahan basah, adalah salah satu lahan empuk untuk mengembangkan usaha pertanian. Desa Jatiluwih, Tabanan yang merupakan sentral pertanian Bali setidaknya menghasilkan 865.554 ton padi per tahunnya (Antara, 2012). Setelah masa panen berakhir, mayoritas petani akan membakar jerami hasil pertanian tersebut. Akibatnya, pencemaran udara tak dapat dihindari.
Produksi hidrogen dari jerami padi (Oryza sativa) dapat dilakukan melalui teknik biologis (biohidrogen), yang merupakan salah satu alternatif yang relevan terhadap permasalahan produksi gas hidrogen (H2). Sesuai dengan pembangunan berkelanjutan dan isu-isu minimalisasi limbah, produksi gas biohidrogen dari sumber terbarukan, juga dikenal sebagai "green technology”. Produksi biohidrogen dapat direalisasikan dengan anaerobik dan mikroorganisme fotosintetik menggunakan bahan baku karbohidrat yang kaya dan tidak beracun.
Namun, tak sebatas pada proses biologis. Penulis disini ingin mengkombinasikan proses biologis dengan kimiawi dengan maksud mengefisienkan waktu serta biaya. Proses biologis yang umumnya menggunakan alga ataupun bakteri membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses kimiawi yang menggunakan bahan kimia murni dapat digunakan dalam proses monomerisasi pati serta selulosa yang nantinya diproduksi sebagai biohidrogen oleh bakteri tersebut. Dalam hal ini, proses kimiawi berperan dalam monomerisasi dan proses biologis berperan dalam proses dehidrogenasi hasil monomerisasi.
Potensi jerami padi (Oryza sativa) dalam produksi biohidrogen sebagai “green technology” mendasari kajian untuk memahami lebih jauh efektivitas jerami padi (Oryza sativa) sebagai substansi esensial produksi gas H2. Hal ini penting, mengingat gas H2 merupakan sumber energi bersih yang tidak mengemisikan CO2 dan belum adanya kajian lebih lanjut mengenai produksi efisien gas hidrogen ini. Dengan demikian, transfer gagasan mengenai potensi jerami padi (Oryza sativa) sebagai komposisi esensial pada produksi biohidrogen dipandang relevan. Utilisasi potensi jerami padi (Oryza sativa) pada produksi biohidrogen penulis sebut sebagai Sativa-Gen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan 2 (dua) buah permasalahan, sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah deskripsi proses produksi Sativa-Gen melalui teknik gabungan kimiawi dan biologis?
2.    Bagaimanakah efektivitas Sativa-Gen dengan teknik gabungan kimiawi dan biologis melalui analisis komparasi dengan teknik lainnya?
1.3 Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini, yang telah penulis kategorikan dalam tujuan umum serta tujuan khusus, yaitu:
1.3.1    Tujuan Umum; dan                                      
            Secara  umum,  tujuan  dari  penulisan  karya  tulis ilmiah ini  adalah  sebagai berikut:
1.    Memberikan deskripsi atau gambaran mengenai proses produksi Sativa-Gen melalui teknik gabungan kimiawi dan biologis; dan
2.    Mengetahui efektivitas produksi Sativa-Gen dengan teknik gabungan kimiawi dan bilogis melalui analisis komparasi dengan teknik lainnya
            1.3.2    Tujuan Khusus
Setelah mengetahui tujuan umumnya, maka tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.    Memberikan solusi inovatif dalam perkembangan teknologi sebagai sumber energi baru terbarukan dan green;
2.    Menekan angka pencemaran udara dalam era industri; dan
3.    Memberikan metode efisien dalam proses produksi gas hidrogen (H2).
1.4 Manfaat Penelitian
            Manfaat tersirat dalam karya tulis ini yang penulis harapkan agar dapat tersampaikan, dapat dikelompokan ke dalam 3 kategori, yakni:
            1.4.1    Manfaat Bagi Pemerintah
Dapat menjadi pertimbangan khususnya bagi Menteri ESDM, sebagai solusi inovatif sumber energi yang green.
1.4.2    Manfaat Bagi Masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang masih awam mengenai biohidrogen dan kebermanfaatannya sebagai sumber energi yang green.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis meruanglingkupi permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:
1.    Penelitian membahas mengenai potensi biohidrogen pada limbah biomassa jerami padi (Oryza sativa) dengan ketentuan-ketentuan (terlampir); dan
2.    Penelitian membahas mengenai analisis kelayakan serta komparasi efektivitas biohidrogen dari limbah biomassa jerami padi (Oryza sativa);

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Landasan Teori
2.1.1    Energi Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, miyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan  antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable).  Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan menjadi tulang punggung penghasil devisa negara.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai sumber energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Seperti contohnya kelapa sawit, jarak, kedelai yang digunakan  sebagai bahan baku produksi biodiesel. Ubi kayu, jagung, sorghum, sago merupakan tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan produksi bioetanol, bahkan dapat dijadikan biogas.
2.1.2    Jerami Padi
Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa tangkai dan batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya dipisahkan. Jerami juga merupakan limbah pertanian yang cukup besar. Sekitar 4 ton jerami kering dapat dihasilkan dari sawah seluas 1 hektar.  Massa jerami kurang lebih setara dengan massa biji-bijian yang dipanen. Jerami memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai pakan ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa, dan kerajinan tangan.
Meskipun jerami sudah banyak digunakan di masyarakat, baik untuk keperluan industri/pertanian, namun pemanfaatannya masih kurang optimal karena masih banyak jerami yang tidak digunakan dan hanya dibakar saja. Limbah jerami yang cukup tinggi produksinya ini, dapat menimbulkan permasalahan pencemaran apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu, jerami harus dimanfaatkan serta dikelola dengan baik.
Gambar 2.1 Jerami yang Dibakar Pasca Panen
(sumber: Dokumentasi Penulis)
2.1.3    Biohidrogen
Hidrogen merupakan salah satu energi alternatif  yang mudah dikonversi dan ramah lingkungan. Gas ini memiliki kandungan energi tertinggi (143 Gjton-1) per unitnya dan merupakan bahan bakar yang tidak terikat secara kimia dengan karbon (Purwanto 2005). Dengan demikian, pembakaran hidrogen tidak akan menimbulkan efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, atau hujan asam. Biohidrogen adalah hidrogen yang diproduksi melalui proses biologis atau dari biomassa (Zaborsky et al. 1998). Secara biologis, biohidrogen diproduksi dengan memanfaatkan organisme bakteri melalui proses fermentasi atau fotoreduksi untuk merombak substrat organik (limbah atau nonlimbah) menjadi energi hidrogen (Sirait, 2007). Produk biohidrogen dari hasil proses fermentasi dapat dimanfaatkan sebagai solusi dalam krisis sumber energi fosil.
Produksi hidrogen secara fermentatif merupakan proses yang bergantung dengan beberapa faktor, seperti : berbagai jenis inokulum dan perlakuan; substrat alami dan campuran; substrat tambahan; pH fermentasi; lamanya fermentasi; dan lain-lain. Dalam produksi hidrogen secara fermentatif diperlukan sejumlah spesies mikroba yang mampu menghasilkan hidrogen  contohnya yaitu : sianobakteri, bakteri anaerobik, maupun bakteri fotosintetik. Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan tinggi dalam mengkonversi substrat secara efisien dan dapat memproduksi hidrogen.  Bakteri ini membutuhkan senyawa organik sebagai substrat dan intensitas cahaya yang efektif untuk menghasilkan produksi hidrogen optimum (Hastuti, 2011).
Beberapa keunggulan dari Biohidrogen antara lain: dapat diperbarui (renewable energy) dan ramah lingkungan (green energy) (Zaborsky et al. 1998), hasil samping pembakarannya berupa uap air sehingga tidak menimbulkan efek rumah kaca, hujan asam, dan penipisan lapisan ozon (Nath & Das 2004), proses produksi dapat berlangsung pada tekanan dan suhu normal (Purwanto 2005), biaya produksi lebih rendah dibandingkan dengan cara fisik dan kimia (Nakashimada 2004), dan dapat memanfaatkan limbah dan sampah organik sebagai substrat fermentasi (Liu dan Shen 2004).
2.2         Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.3         Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan pengujian, dimana hipotesis penulis terhadap penelitian ini adalah:
H1      Proses produksi optimal adalah melalui proses monomerisasi polimer (kimiawi) kemudian proses dehidrogenasi hasil monomerisasi (biologis)
H2      Produksi biohidrogen dengan teknik gabungan (kiamiawi dan biologis) lebih efektif dibanding teknik biologis tunggal maupun teknik elektrolisis
HA      Proses produksi lebih optimal bila dilakukan dengan salah satu teknik, dan lebih efektif bila dilakukan dengan teknik biologis tunggal maupun elektrolisis


BAB III
METODE ILMIAH
3.1         Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi SMA Negeri 4 Denpasar, yang beralamat di Jalan Gunung Rinjani, Perumnas Monang-Maning, Denpasar Barat, Gedung Utara Lantai 2. Laboratorium FMIPA UNUD juga penulis tetapkan sebagai tempat penelitian terhadap uji nilai kalor dan uji spektrofotometer gas biohidrogen.
Adapun waktu yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni selama 26 hari. Penelitian diawali pada hari Minggu, 6 Juli 2014 sampai dengan hari Rabu, 31 Juli 2014.
3.2         Jenis Data
Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan memaparkan suatu fenomena yang ada dengan memberi gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki.
Berdasarkan sumbernya, jenis data dibagi 2, yakni data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data primer melalui eksperimen dan konsultasi. Data sekunder, diperoleh dari buku, skripsi, tesis, dan catatan-catatan lainnya.

3.3         Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik yang diguakan dalam pengumpulan data pada penulisan karya tulis ini adalah:
a.    Teknik Studi Pustaka, yaitu menggunakan buku-buku untuk menunjang data dan mengembangkan permasalahan sesuai dengan karya tulis ini.
b.    Teknik Observasi, yaitu  melakukan sebuah kunjungan ke tempat-tempat yang dipandang dapat memberikan data yang lebih kuat sehingga kebenaran karya tulis ini dapat dipertanggungjawabkan.
c.     Teknik Empiris, yaitu mengadakan suatu pencatatan terhadap beberapa data-data yang telah ada dan bersifat faktual, atau telah terjadi sebelumnya.
d.    Teknik Eksperimen, yaitu melakukan sebuah percobaan yang mengacu pada inti permasalahan.
3.4         Teknik Analisis Data
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mengunakan teknik analisis korelatif dan komparatif. Analisis korelatif adalah analisis yang bersifat mensubstitusikan. Penelitian ini dilakukan untuk mensubstitusi fakta-fakta yang ada sebelumnya dengan permasalahan atau objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Sementara analisis komparatif adalah analisis yang bersifat membandingkan. Hasil penelitian ini dianalisis secara komparatif dengan mengkomparasikan penemuan-penemuan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk menguji seberapa efektif dan seberapa layak produk dari penelitian ini diimplementasikan.
3.5         Teknik Penarikan Simpulan
Dalam menarik simpulan, penulis menarik data-data yang dianggap sebagai pokok pikiran, dan kemudian diverifikasi berdasarkan teori dan konsep yang digunakan dalam membedah masalah penelitian. Verifikasi dilakukan agar karya tulis ini bersifat valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.6         Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah jerami padi (Oryza sativa) dengan beberapa kriteria (terlampir). Sampel diambil secara acak pada 10 titik pertanian di Bali, yaitu Desa Padang Sambian (2 titik), Desa Sangeh (2 titik), Desa Kapal (1 titik), Kota Mangupura (1 titik), Desa Jatiluwih (4 titik). Sampel diambil sebanyak ±5 kg pada tiap titik-titiknya.
3.7         Prosedur Eksperimen
Alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
·         Alat-alat:


o   Spatula
o   Neraca Ohaus Digital
o   Gelas beaker
o   Pipet tetes
o   Balon
o   Tabung isolator
o   Cawan petri


·         Bahan-bahan:


o   Akuades (H2O)
o   HsSO4 (keenceran 40%)
o   Bakteri Clostridium sp
o   Jerami padi (Oryza sativa)


Alur eksperimen adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1 Alur Eksperimen
(sumber: Dokumentasi Penulis)

Berikut ini adalah penjelasan alur satu demi satu:
·         Preparasi Sampel
Sampel disiapkan dengan cara dicuci sampai bersih. Hal ini bertujuan agar lumpur atau pengotor lainnya tidak mengganggu jalannya reaksi. Sampel yang sudah dicuci, kemudian dikeringkan. Sampel dikategorikan ke dalam 6 sampel penelitian dan 3 buah kontrol.
·         Proses Kimiawi
Perbandingan sampel dengan reagen adalah 1:1 v/v (sampel 1),  1:2 v/v (sampel 2), 2:1 v/v (sampel 3), 2:2 v/v (sampel 4), 3:1 (sampel 5), dan 3:3 v/v (sampel 6). Kontrol tidak diberikan perlakuan dalam proses kimiawi, melainkan langsung ke tahap biologis. Satuan v/v digunakan karena dalam reaksi kimia, perbandingan mol sama dengan perbandingan volume pada suhu dan tekanan yang sama. Pengukuran volume sampel (jerami) menggunakan teknik pencelupan. Namun sebelumnya, jerami dimasukan ke dalam balon agar jerami tidak basah. Volume jerami dihitung dengan mengurangi volume total dengan volume balon pada saat kosong. Massa diabaikan karena perbandingan massa tidak sama dengan perbandingan mol.
·         Proses Biologis
Produksi biohidrogen dari secara biologis umumnya menggunakan teknik fermentasi yang melibatkan bakteri anaerobik atau fotosintetik, seperti Clostridium, Escherichia coli, Enterobacter alcaligenes, Lactobacillus, Rhodobium, Rhodopsedomonas, Rhodobacter atau Rhodospirilium (Sode, et. al., 1998; Ikke, et. al., 1998; Nandi & Sengupta, 1998). Dalam penelitian ini, digunakan bakteri Clostridium sp karena dinilai paling efektif (Benneman, 1997). Jumlah bakteri yang dimaksukan sesuai dengan massa sampel.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil Penelitian
4.1.1    Proses Kimiawi
Volume Sampel
Volume Reagen
Hasil reaksi
Sampel 1
100 mL
100 mL
≈ 85 mL
Sampel 2
100 mL
200 mL
≈ 85 mL
Sampel 3
200 mL
100 mL
≈ 85 mL
Sampel 4
200 mL
200 mL
≈ 180 mL
Sampel 5
300 mL
100 mL
≈ 85 mL
Sampel 6
300 mL
300 mL
≈ 275 mL
*alokasi waktu 10 menit dengan T= 298K
Tabel 4.1 Tabulasi Hasil Proses Kimiawi
4.1.2    Proses Biologis

Volume Sampel
Bakteri
Hasil reaksi
Waktu
Kontrol 1
50 mL
10 gram
≈ 140 mL H2
5 jam
Kontrol 2
100 mL
20 gram
≈ 275 mL H2
8 jam
Kontrol 3
150 mL
30 gram
≈ 410 mL H2
11 jam
Sampel 1
45 mL
9 gram
≈ 145 mL H2
3 jam
Sampel 2
45 mL
9 gram
≈ 140 mL H2
3 jam
Sampel 3
45 mL
9 gram
≈ 145 mL H2
3 jam
Sampel 4
90 mL
18 gram
≈ 285 mL H2
5,5 jam
Sampel 5
45 mL
9 gram
≈ 145 mL H2
3 jam
Sampel 6
140 mL
28 gram
≈ 410 mL H2
8 jam
Tabel 4.2 Tabulasi Hasil Proses Biologis
           
4.1.3    Uji Nilai Kalor

Kontrol 1
Kontrol 2
Kontrol 3
Nilai Kalor
119 kJ/gram
120 kJ/gram
119 kJ/gram

Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Nilai Kalor
119 kJ/gram
120 kJ/gram
119 kJ/gram

Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Nilai Kalor
119 kJ/gram
120 kJ/gram
120 kJ/gram
Tabel 4.3 Tabulasi Hasil Uji Nilai Kalor
4.1.4    Uji Spektroskopi
Gambar 4.1 Uji IR Senyawa Sebelum Direaksikan dengan Sampel Gas
(sumber: Uji Laboratorium FMIPA Universitas Udayana)
Gambar 4.2 Uji IR Senyawa Setelah Direaksikan dengan Sampel Gas
(sumber: Uji Laboratorium FMIPA Universitas Udayana)
4.2         Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1    Deskripsi Proses Produksi Sativa-Gen Melalui Teknik Biokimia
Berdasarkan tabel, produksi sampel gas paling optimal adalah sampel 1, sampel 4, dan sampel 6. Sampel 1 diproduksi dengan 200 mL bahan (persentase komposisi = 1:1) dan hasil H2 sebesar 145 mL, serta hasil energi sebesar 119 kJ/g. Sampel ini jauh lebih efektif dibandingkan sampel 2 dan 3 yang memerlukan 300 mL bahan (persentase komposisi = 2:1) dan menghasilkan energi yang hampir sama, yakni (berturut-turut) 120 kJ/g dan 119 kJ/g serta gas H2 sebesar 140 mL dan 145 mL.
Sama halnya dengan sampel 1. Sampel 4 menggunakan bahan sebesar 400 mL dengan persentase komposisi sebesar 1:1. Gas yang diperoleh sebesar 285 mL dengan hasil energi sebesar 119 kJ/gram. Sementara sampel 5 yang menggunakan bahan sebesar 400 mL dengan persentase komposisi sebesar 3:1, hanya menghasilkan gas sebesar 145 mL dengan hasil energi yang hampir sama yakni sebesar 120 kJ/gram.
Sejauh ini, sampel dengan persentase 1:1 mengungguli derajat optimal sampel. Dalam rangka memvalidasi data ini, penulis lakukan uji dengan persentase 1:1 dan dengan volume yang lebih tinggi yakni 600 mL. Sesuai dengan dugaan, bahwa formulasi sampel ini menghasilkan 410 mL gas Hidrogen. Dengan ini dapat diformulasikan bentuk optimumnya sebagai berikut:
Volume Jerami = Volume H­2SO4 = Volume Biohidrogen (H2)”

 



Bertambahnya volume asam sulfat (H­2SO4) tidak akan berpengaruh pada volume biohidrogen bila volume jerami tidak mengalami penambahan. Volume biohidrogen berbanding lurus dengan volume terkecil dari reaktan.
            Proses produksi optimum dapat dijelaskan melalui bagan berikut:
Bagan 4.1 Proses Produksi Optimum
4.2.2    Efektivitas Produksi Sativa-Gen Melalui Teknik Biokimia
Tahap produksi biohidrogen telah dilakukan. Sampel kontrol yang tidak memasuki tahap kimiawi membutuhkan waktu paling lama untuk memproduksi biohidrogen. Sampel tercepat pada teknik tanpa kimiawi membutuhkan waktu 5 jam sementara terlama adalah 11 jam (perbedaan terjadi akibat perbedaan volume). Sementara pada proses yang menggunakan teknik biokimia, sampel tercepat tercatat membutuhkan waktu 3 jam 10 menit dan terlama adalah 8 jam 10 menit.
Kontrol dan sampel tercepat memiliki volume yang sama (200 mL). Begitu pula dengan kontrol dan sampel terlama, keduanya bervolume sama (600 mL). Hal ini mengindikasikan bahwa teknik produksi biohidrogen dengan konsep biokimia lebih efektif dibandingkan dengan teknik umum yang menggunakan konsep biologis saja.
4.2.2.1 Verifikasi Sampel Gas
Uji spektroskopi terhadap sampel gas dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kebenaran hasil dari monomerisasi dan dehidrogenasi jerami padi (Oryza sativa) merupakan senyawa H2 (hidrogen). Berdasarkan uji spektroskopi, terlihat adanya perubahan lokasi peak atau puncak antara senyawa awal dan senyawa akhir reaksi. Perlu diketahui bahwa senyawa awal yang digunakan adalah senyawa hidrokarbon golongan alkena yaitu Etena/Etilen (C2H6). Senyawa yang digunakan adalah senyawa murni. Pemilihan senyawa ini dilakukan karena biaya pembelian yang tidak terlalu mahal, dan merupakan senyawa reaktif sehingga proses reaksi tidak membutuhkan waktu lama.
Hasil uji spektroskopi (Gambar 4.2) menunjukan adanya pita uluran pada bilangan gelombang 2800-3000 cm-1 (3,3-3,6 µm). Sementara grafik IR senyawa awal (Gambar 4.1) menunjukan peak pada 3000-3300 cm-1 (3,0-3,3 µm). Karakteristik absorpsi yang ditunjukan kedua grafik jelas menunjukan adanya tranformasi gugus fungsional. Sesuai dengan fungsinya, uji spektroskopi menggunakan IR merupakan uji identifikasi gugus fungsi.
Menurut Fessenden (1982), peak atau band yang terbentuk pada 3000-3300 cm-1 (3,0-3,3 µm) merupakan identitas gugus alkena (=CH-) atau identitas karbon dengan jenis hibridisasi sp2. Jelas ini terjadi karena memang senyawa awal adalah Etena (C2H4) yang merupakan senyawa golongan alkena yang atom karbonnya jenis hibridisasi sp2. Sementara pada grafik senyawa hasil reaksi (Grafik 4.2), peak atau band yang terbentuk pada 2800-3000 cm-1 (3,3-3,6 µm) merupakan identitas gugus alkana (-CH-) atau identitas karbon dengan jenis hibridisasi sp3. Hal demikian menunjukan bahwa terjadi reaksi hidrogenasi pada senyawa awal. Reaksi hidrogenasi yang terjadi pada sampel gas, menunjukan kebenaran bahwa sampel gas tersebut merupakan gas hidrogen (H2).
Dengan terverifikasinya sampel gas merupakan biohidrogen, dan dengan melihat analisis komparasi pada tabel hasil eksperimen, ini jelas membuktikan bahwa teknik produksi bihidrogen dengan konsep gabungan biologis dan kimiawi (biokimia) lebih efektif dibandingkan teknik umum yang menggunakan konsep biologis saja. Efektivitas produksi ini merupakan jawaban dari permasalahan efisiensi waktu dan biaya produksi hidrogen. Sehingga konsep ini, juga merupakan sebuah inovasi pengembangan green technology.



BAB V
PENUTUP
5.1       Simpulan
Berdasarkan analisis sintesis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1    Deskripsi teknik gabungan kimiawi dan bilogis dalam Sativa-Gen, meliputi tahap monomerisasi dengan perbandingan reaktan 1:1, kemudian dehidrogenasi monomer dengan bakteri Clostridium sp; dan
2    Kefektivitasan produksi biohidrogen dengan teknik gabungan ini terbukti efektif melalui analisis komparasi dengan teknik umum pengolahan biohidrogen.
5.2       Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.    Bagi pemerintah disarankan agar terus mendukung dan memfasilitasi adanya pengembangan green technology sebagai solusi dalam menanggulangi isu global warming.
2.    Bagi masyarakat disarankan agar turut berperan aktif dalam mengembangkan green technology salah satunya melalui pengoptimalan penggunaan  energi ramah lingkungan seperti Sativa-Gen.